Wednesday 14 March 2012

Studi Kultural: Indonesian Death Metal By Kieran James

Beberapa tahun lalu dunia mencatat, Sam Dunn, seorang Antropologis yang memiliki minat tinggi terhadap musik Heavy Metal merilis sebuah film documenter berjudul Global Metal (2008). Saat itu, publik dunia melihat, Indonesia adalah salah satu negara dimana musik Metal tumbuh dan memiliki basis massa yang luar biasa seperti yang tergambar dalam dokumenter tersebut.
Adalah seorang dosen senior dari University of Southern Queensland – Autralia bernama Kieran James yang tertarik melakukan studi kultural mengenai skena Death Metal dan turunannya di Indonesia, serta berencana menuliskan hasil penelitiannya itu ke dalam sebuah buku. Kieran James mewawancarai banyak sekali band dan tokoh Death Metal di Indonesia dan membuat sebuah blog (http://busukwebzine666.blogspot.com) dimana hasil wawancara dan reportasenya dituangkan di situ sebagai materi mentah untuk kemudian nantinya diolah menjadi buku.
EAR berkesempatan untuk mewawancarai Kieran James terkait dengan proyek pendokumentasian secara tertulis mengenai skena Death Metal di Indonesia. Berikut ini petikan wawancaranya :
Latar belakang apa yang mendasari anda untuk menggali kultur Metal di Indonesia?
Bagi saya sebagai seorang peneliti, menarik rasanya melihat (musik) Metal menjadi begitu populer di belahan bumi bagian Timur, jauh dari tempat dimana Metal pertama kali muncul sebagai genre musik di Barat. Menarik untuk melihat orang-orang di Indonesia mengadaptasi budaya Metal sesuai dengan kondisi setempat. Proyek dari Man (Jasad) untuk mengorganisir kelas-kelas budaya Sunda di NGO (Non-Government Organization / Lembaga Swadaya Masyarakat, -ed) Common Room Network Foundation di Bandung dan bernyanyi tentang budaya Sunda adalah sangat penting / signifikan, karena musik Metal biasanya tidak terlalu peduli secara sosial, tidak seperti Punk. Sebagai seorang Metalhead, sangat luar biasa melihat anak muda di Indonesia membentuk band dan menikmati scene
Kenapa anda memilih Indonesia? Apakah menurut anda kultur Metal disini layak disajikan sebagai objek studi kultural?
Saya memilih Indonesia karena dekat (dari Australia, -ed) dan bukan negara Barat. Itu layak untuk dipelajari. Skena Metal di sini cukup besar, jadi orang-orang seharusnya tahu. Juga ada kesalahpahaman antara Indonesia dan Australia karena terorisme dan bom Bali, jadi kita harus membangun kembali hubungan baik.
Mengapa Metal di Indonesia menarik menurut anda?
Ini menarik karena scene di sini begitu besar dan saya ingin tahu mengapa Metal sangat populer disini dibanding dengan negara-negara Asia lainnya. Man dari band Jasad berkata bahwa ada 128 band Death Metal yang aktif di Bandung. Saya ingin mengetahui mengapa Metal bisa sangat menarik untuk orang di sini (Indonesia, -ed). Tapi mereka (band-band yang diinterview oleh Kieran James, -ed) sering tidak bisa menjawab pertanyaan ini!  Saya juga belajar di sini karena band-band seperti Jasad, Bleeding Corpse dan Death Vomit bersedia bertemu saya, ngobrol dengan saya dan mengajak saya ke show mereka. Saya bergantung pada dukungan ini. Saya berbicara dengan Popo (Demon Damn), yang mana adalah seorang vokalis wanita dan ini menarik juga bagi saya.
Bagaimana dengan publik Metal di negeri anda sendiri?
Metal adalah jenis musik tersegmentasi di Australia karena scene disini sudah berusia 30 tahun. Orang-orang yang lebih tua menyukai Metal bergaya 80-an. Sedangkan yang muda menyukai Slipknot, dan tidak ada cukup interaksi antara keduanya. Tentu saja Iron Maiden dan Metallica mempunyai massa yang besar, tapi band-band lokal tidak mendapat cukup dukungan. Black Metal dulu juga merupakan scene yang besar di tahun 90-an dan beberapa orang berperilaku negatif dan penuh kebencian ala pencitraan Black Metal.
Metodologi apa yang anda pakai disini? Apakah anda melakukan pengamatan langsung, mempelajari dari sumber-sumber yang ada, atau bagaimana?
Utamanya saya mewawancarai band-band dan menyaksikan shownya. Saya pergi bersama teman-teman dari Bleeding Corpse dalam tur ke Cibinong yang mana sangat menakjubkan. Saya mengamati bagaimana orang-orang dari scene Metal hidup di sini. Teman-teman dari Death Vomit membawa saya berkeliling Yogyakarta dan itu sangat mengesankan saya.
Bagaimana respon orang, atau band, yang anda dokumentasikan?
Pesan dari setiap orang sangat positif. Semua band tidak keberatan saya wawancarai. Tapi saya khawatir karena mereka melihat saya adalah orang asing, mereka berpikir saya bisa memberikan mereka kesuksesan di luar negeri, tapi saya rasa saya tidak bisa. Saya sangat senang dalam membuat blog “Busuk Webzine” bersama John Yoedi, dan kami mendapati 38.000 page-view dalam 4 bulan. Saya takjub. Terimakasih atas dukungannya.
Kendala apa yang anda dapatkan selama pengerjaan buku ini?
Bahasa tentu saja menjadi kendala. Beberapa orang Indonesia tidak mengerti kata-kata slang atau aksen saya walaupun mereka bisa berbahasa Inggris. Popo dari Demon Damn membantu saya dalam penafsiran di Bandung, dan Oki dari Death Vomit membantu saya di Yogyakarta. Itu sangat penting. Uang juga menjadi kendala karena meskipun hotel di Indonesia cukup murah, tapi akomodasi untuk kembali cukup mahal.
Apa rencana anda selanjutnya setelah ini? Masih tertarik untuk mengkaji musik Metal dalam lingkup yang lebih luas mungkin?
Saya mungkin akan menulis buku tentang Black Metal di Indonesia. Abah Desecrator dari band Impish (Bandung) berkata bahwa dia berkenan membantu saya. Saya berencana membuat edisi bahasa Indonesia untuk Indonesian Death Metal dan kemudian edisi bahasa Inggrisnya. Edisi Bahasa Indonesia didedikasikan kepada fans Metal di Indonesia dan berisi catatan perjalanan saya di Indonesia. Edisi bahasa Inggrisnya mungkin lebih secara akademis. Mungkin saya akan mengerjakan penelitian (musik) Metal di negara-negara Asia lainnya seperti Filipina, tapi nanti.
Ada pesan yang ingin anda sampaikan?
Terimakasih untuk semua yang mendukung penelitian saya dan Busuk Webzine, dan saya harap saya akan bertemu kalian lagi segera. Saya akan pergi ke show Anthrax di Jakarta pada 31 Maret (2012) lalu ke Bandung lagi 1 – 5 April (2012).

[interview by Dozan Alfian | pic : Kieran James's Doc]
For complete English version check Busuk Webzine here

0 comments:

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More