Sunday, 22 May 2011

Renungan Asap Kelabu

Batang Pertama

Pagi sedang cerah, kopi panas hitam pekat sudah tersedia di atas meja bersama sekotak cerutu lokal penyambut pagi. Kepulan asap terhembus lancar dari rongga mulut membentuk gumpalan awan kecil berwarna kelabu. Hari ini tidak tahu mau berbuat apa. Rutinitas seperti biasa di hari libur. Adalah entah dan sekali lagi entah. Ada kalanya hidup ini terasa hitam dan putih, tak seperti layar kecil 14 inchi yang teronggok diatas lemari kecil itu. Penuh warna dan selalu berubah.

Batang Kedua

Sepiring nasi rendang Padang pedas menjadi teman dikala perut bernyanyi riang, menggoda tumpukan lemak untuk menambah kuotanya. Setelah dinginnya jeruk peras membasahi kerongkongan, maka tahulah aku bahwa saatnya batang kedua disulut hari ini. Kebul..kebul.. sensasi terbakar dan rasa pahit menghalau amis. Sampai detik ini pun masih tak terpikir lembaran hari ini akan terisi apa. Surat kabar hari ini lebih terlihat berwarna daripada hitam - putihnya lembaranku hari ini

Batang Ketiga

Adalah salah jika rasa kantuk menyergap di pagi sebaik ini. Tidak ada ceritanya melanjutkan mimpi sambil menarik selimut tebal berwarna merah di sudut pembaringan. Maka jalan keluar dari perkara ini adalah melangkahkan kaki menuju meja kerja di sudut ruangan. Sekali lagi mengubah sudut pandang dunia melalui satu sentuhan ringan. "Klik" adalah irama mesra rutinitas, dan gemeletuk papan tombol beradu adalah simphoni pagi yang menenangkan. Asap kelabu mulai memenuhi ruangan, asbak ukiran dari Bali menjadi tempat membuang penat.

Batang Keempat

Siang menjelang. Tubuh masih tak beranjak dari sudut ruangan. Cangkir berganti gelas, isinya hanya berganti rupa. Atau lebih tepatnya layak disebut sebagai penyatuan badani dimana susu hangat bersetubuh dengan bubuk kopi kesukaanku. Batang tidak tersulut, kepulan dari mulutku berpindah menjadi kepulan dari mulut gelas. Lagi - lagi hitam dan putih....

Batang Kelima

Mungkin ada baiknya siang ini nasi tidak mampir singgah berkunjung ke rumah tuan lambung. Apa jadinya perut ini jika terus - menerus dimanjakan kemewahan? Sebagai gantinya, paru - paru terbakar hebat dengan racun nikotin.

Batang Keenam

Maka aku tak tahu lagi apa yang harus kuperbuat pada hari ini. Sungguh, sia - sialah hari ini.....

0 comments:

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More