Siang lalu (Minggu, 29 April 2012) cuaca panas luar biasa. Tapi nampaknya itu tak menyurutkan semangat scenester lokal kota Makassar untuk hadir dalam pagelaran musik akbar bertajuk Rock In Celebes 2012 yang bertempat di Trans Studio Park Makassar.
Acara yang digagas oleh Chambers Entertainment ini sejatinya dijadwalkan mulai pada pukul 14.00 WITA, namun apa daya, venue masih lengang hingga menjelang rehat Maghrib. Belum lagi molornya jadwal acara membuat pagelaran rock ini agak kurang bonafit bagi saya.
Saya datang sekitar pukul 15.00 WITA, tepatnya ketika Psycroptic (Australia) sedang on stage. Sukseslah saya tercengang bukan buatan demi melihat band sekelas Psycroptic di set begitu awal plus audiens yang belum seberapa. Padahal sungguh, output suara yang dihasilkan dari permainan mereka sangatlah bersih. Rapi-jali lagi minus bebunyian sember.
Kelar Psycroptic menunaikan hajatnya, baik stage 1, 2 maupun 3 nampak tiada menunjukkan aktivitas apapun. Kosong melompong.
Merujuk dari jadwal yang saya dapatkan dari web rockincelebes.com seharusnya band-band lokal sudah sibuk bahu-membahu bekerjasama memanaskan venue yang masih saja terlihat lengang itu. Tapi apa daya, beberapa pemungkas utama justru memakai waktu sesorean itu untuk melakukan sound check. Sebut saja Deadsquad dan The S.I.G.I.T yang berasyik-masyuk dengan kegiatan menganalisa tata suara panggung hingga mengakibatkan penampil-penampil lokal yang dijadwalkan naik pentas sore itu cuma bisa bersabar --sambil bengong dan mengelus dada-- menanti band-band "ciptaan Tuhan" itu tunai sudah melakukan sound check.
Keadaan di venue benar-benar mengalami masa reses, sehingga saya memutuskan meninggalkan venue hingga bubaran Maghrib. Saat saya kembali, Superman Is Dead (SID) sudah sibuk memainkan repertoarnya. Bolehlah saya akui, Jerinx mungkin adalah bangsat paling tengik yang pernah diciptakan Tuhan. Selain dia mendominasi SID, tak sungkan dia sedikit berkelakar "Besok kami akan main di Jakarta bersama band US yang bernama A Kali 7" sebelum akhirnya dikoreksi oleh koleganya --entah Bobby atau Eka-- "A 7 Kali, bukan A Kali 7". Lumayan, aksi mereka cukup bisa memanaskan crowd yang sejak sore limbung-sempoyongan akibat molornya rundown acara yang luar biasa brengseknya.
Kelar SID, band-band penampil keluaran bumi pertiwi Sulawesi dipersilahkan unjuk gigi. Duh Gusti, hampir kesemuanya menyuguhkan dubrak desing yang nyaris serupa. The Box, produk impor dari Palu (Sulawesi Tengah) yang menjadi penyelamat kejenuhan saya. Meskipun (lagi-lagi) memainkan musik berdistorsi tinggi, mereka menyuguhkan sesuatu yang unik: kombinasi antara musik bertegangan tinggi dengan alat musik tradisional yang berupa suling dan semacam perkusi yang entahlah apa namanya. Menarik pula, sang biduan yang nampak mirip mendiang Ucok Harahap (AKA) ketika muda ini berkata bahwa Pemerintah Kota Palu menyupport mereka hingga ke ajang Rock In Celebes ini. Ah, andai saja semua Pemerintah Kota meniru sifat terpuji dari Pemerintah Kota Palu tersebut...
Sebelum saya lanjutkan, perlu diketahui bahwa kemoloran rundown ini nampaknya berakibat pada durasi tampil bagi penampil lokal. Nampaknya jatah manggung mereka terpaksa disunat sehingga masing-masing band lokal hanya mendapat jatah 2 lagu. Berhubung saya pernah mengalami hal menyebalkan semacam ini dulu ketika aktif dalam band, saya menyayangkan sekali berantakannya masalah pengaturan waktu.
Oke, kelar The Box selama beberapa waktu kedepan teman-teman penampil lokal berlomba menjadi yang paling berisik. Oke, agaknya saya yang salah karena acara ini bertajuk Rock In Celebes bukan? Jadi
wajar kalo isinya melulu band cadas kan? Baiklah, no offense.
Euphoria massa menjadi masif tatkala gerombolan pembangkang orangtua asal Jakarta dan bernama Deadsquad naik panggung. Sontak circle pit terbentuk. Walaupun minus Christoper 'Coky' Bollemeyer, crowd seakan tak peduli dan tetap sibuk ber-headbang.
Tuntas Deadsquad unjuk kebolehan, beberapa band lokal kembali mengisi panggung sampai akhirnya Suffocation naik singgasana.
Frank Mullen (Biduan) benar-benar sosok yang ramah bersahaja. Tak hentinya dia berinteraksi dengan crowd. Guy Marchais (Gitaris) nampak memakai tees dengan logo yang familiar bagi publik metal Indonesia: Death Vomit. Wow!
Sesuai perkiraan saya, massa menjinak pada penampilan Suffocation. Circle pit tak lagi semasif dan se-begajulan pada waktu Deadsquad tampil. Agak terkejut juga saya ketika mendengar beberapa audiens disekitar saya berharap Suffocation menyudahi permainannya. Suffocation kalah pamor?
Peduli setan dengan pamor, yang jelas melewatkan Suffocation adalah nista, apapun yang terjadi pada reaksi massa.
Andra and the Backbone mengawali performa mereka dengan membawakan cover version dari Foo Fighters: My Hero, dilanjut menggempur dengan hits-hits mereka yang sukses membuat audiens menikmati penampilan mereka.
Jika Suffocation saja tidak disambut dengan antusias berlebih, apalagi jika Dawn Heist? terlihat crowd hanya mengisi stage 2 tempat mereka perform. Sisanya? Sibuk kenduren di tepi venue.
The S.I.G.I.T. lah yang akhirnya membakar semangat crowd yang sudah lelah berdiri. Singalong berjamaah terdengar mengiringi teriakan-teriakan sexy yang keluar dari Rekti.
Tiba pada pemuncak acara, Seconhand Serenade didaulat menutup perhelatan Rock In Celebes 2012 ini. Terlihat beberapa pasangan sibuk mempererat pelukan. Beberapa penggila galau pun bersiap melolong mencurahkan isi hati. John Vesely, si empunya band benar-benar mendominasi dan manjadi raja bagi para hulubalangnya. Agak sedikit over sebenarnya jika tiap jeda ganti lagu John Vesely selalu mengganti gitarnya. Belum lagi ditambah celetukan-celetukan yang saya hakkul yakin Vesely tidak mengetahui artinya. Seperti pada contoh ketika dia berseru lantang sambil tersenyum lebar mengucap "Makassar, Basamami!" Oh, andai saja dia tahu artinya...
So far, Rock In Celebes kali ini masih membutuhkan banyak pembenahan disana-sini untuk bisa menyandang predikat festival berskala internasional.
3 comments:
Sebelum terjadi miskomunikasi atas tulisan saya, sedikit menambahkan info dari Ardy Chambers:
1. Psycroptic memastikan cuma bisa show sore karena sore itu harus langsung ke Aussie.
2. Terburuknya, Suffocation ga pede jadi headliners, meminta Secondhand Serenade menggantinya, jadwal diberantakin sama mereka, dari soundcheck & show.
3. yang membuat molor juga karena mereka, Secondhand Serenade bisa terakhir tapi minta jadwal blok soundcheck dan suffo jg deal.
Nah, sekarang dari saya pribadi:
1. Saya tidak bermaksud mendiskreditkan Rock In Celebes ataupun penampil lokal. Saya menuliskannya atas ekspektasi saya sebagai penonton. Kekecewaan terbesar saya pada masalah jadwal yang molor luar biasa. Soal kejenuhan saya atas mendominasinya musik bergemuruh, sebenarnya tidak ada masalah sama sekali jika memang panitia menginginkan pengisi RIC mayoritas band berdistorsi tinggi, mungkin pengaturannya saja yang diselang-seling dengan band yang tidak melulu bermain musik keras mungkin. Sekedar menghindari kebosanan dan menjadikan RIC lebih berwarna. Lain cerita kalau RIC memang khusus di set sebagai festival dubrak desing :)
2. Tanpa ada paksaan dari manapun, saya tetap mengaku salut untuk penyelenggara RIC karena bagaimanapun juga RIC adalah festival musik terbesar se Indonesia Timur dan mewujudkan mimpi masyarakat Ind Timur untuk bisa menonton band manca tanpa harus melulu singgah ke Jakarta atau Bali.
Gitu aja sih :)
I do agree ama sebagian besar isi blog ini. Yg penulis rasakan betul2 sy rasakan..., nunggu dari jam 2 siang di venue RIC2012 sungguh teramat seesuuaatuuhh lohh..!
Untungnya smua terbayarkan dgn penampilan2 spektakuler dari SID sampe SHS.
Best thing, event ini dibuat oleh anak Makassar and i'm proud to be one of anak Makassar. EWAKO! \m/
Regards,
@satriabajuhitam
kakean cocot...lah....dengerin ja pke lobang anus....
Post a Comment