Terlibatlah kalian semua dalam suatu persekongkolan hati nurani
- Andi Paherangi Jaya
"Semalam, jam 11"
"Kemarin dulu menurun kondisinya"
"Sudah engga doyan makan dan minum sejak pulang dari Cina tanggal 30 kemarin"
"Dia sudah pergi"
"Seperti apa katanya dulu, GM itu datang dan pergi sesuka hatinya"
"Dan kini, beliau benar-benar pergi tak kembali lagi"
---
Saya mungkin tak mengenalnya sedekat teman-teman pegawai yang lain.
Hubungan kami, sejatinya sebatas atasan dan bawahan yang paling bawah
meski tak teramat bawah. Namun dari hubungan yang semestinya
berjarak-jenjang tinggi dan berundak itu, saya mampu mengambil posisi
tribun paling nyaman untuk menikmati peran sebagai seorang penonton.
Dalam mata seorang penonton, yaitu pada sudut pandang orang ketiga,
hubungan beliau selaku orang pertama dengan para bawahannya sebagai si
orang kedua terpetakan jelas: jarak yang membentang sudah dibangunkan
sebuah jembatan kokoh olehnya, dan beliau mampu menyeberang masuk ke
dalam teritori berlumpur yang biasanya enggan ditapaki para pemangku
jabatan vital. Maksud saya jelas, beliau tak keberatan serupa guru SD
yang hapal semua nama anak didiknya, pun hal-ihwal yang melingkupi
kebiasaan anak didiknya. Terkadang saya ngeri, ini sudah bukan
hubungan mutualisme atasan-bawahan lagi, mungkin terkadang sudah
menjelma menjadi hubungan ayah-anak, dimana kau tak akan mampu
mencuranginya dari belakang karena ibarat seorang ayah, dia mengenalmu
seperti dia mengenal dirinya sendiri.
Baru 3 tahun silam saya
mengenalnya, bersamaan dengan datangnya para OJT angkatan 16 di kantor
Ketintang, Surabaya. Saya mungkin sedikit apes waktu itu,
mengingat hari pertama saya bekerja adalah hari beliau sedang bersidak
keliling ruangan. Ruangan yang saya tempati kala itu hanya sebuah ruang
kecil dingin bersamaan dengan instalasi perangkat server yang nampaknya
baru terpasang beberapa waktu sebelum saya tiba, mengingat kondisinya
yang berantakan. Saya mengingat, pintu dibuka tiba-tiba, saya terkejut
dan melongo. Ngowoh. Beliau tidak ambil pusing bertanya siapa
saya, si orang baru yang menempati ruangan baru itu, langsung saja main
bentak "Bisa bersih engga? bersihkan! Mana Satrio? Rapikan ini semua! Kabel ini bisa dikasih masuk engga? Harus bisa!"
Blam!
Pintu ditutup dengan bantingan yang menggetarkan hati para pekerja hari pertama yang berusaha terlihat tegar.
Mampus, batin saya. Hari pertama sudah kena semprot orang yang sepertinya berkuasa disini.
Saya yang sudah hilang mood, ogah-ogahan ketika
diajak serta berkumpul pada meeting yang diadakan di ruang makan.
Belakangan baru saya tahu bahwa orang yang tadi membentak saya adalah
sang General Manager, yang punya hobi mengadakan meeting pada jam-jam
efektif dan sering tak kenal waktu.
Setegar apapun saya, kikuk
rasanya, sebagai orang baru yang belum berkenalan dengan seorangpun di
kantor itu, diajak serta duduk dalam suatu forum. Ah, kekikukan saya
perlahan hilang karena pada waktu itu terjadi sesi perkenalan dengan
para penghuni baru di Kantor: OJT 16. Ketika tiba giliran saya
memperkenalkan diri, orang itu, Beliau Yang Terhormat Bapak General
Manager, ramah luar biasa! Hilang sudah semua angker yang muncul saat
dia membentak saya pagi tadi. Dia tak lupa wajah saya. "Ah, iya kamu,
yang tadi di ruang server ya. Kenalkan nama kamu".
Sekali lagi saya belajar, orang ini ingatannya kuat.
--
Saya
rasa jika kami semua berkumpul dalam suatu diskusi singkat, bisa jadi
muncullah suatu benang merah tipis sebagai simpulan: Andi Paherangi
Jaya, namanya adalah sinonim dari 'perintah-perintah yang tak dapat
ditolak'. Beberapa kali kami kelabakan jika ada permintaannya yang
terdengar mustahil. Masalahnya adalah, beliau tak mengenal penolakan.
Tidak bisa adalah tanda kelemahan. Tidak bisa adalah tanda kau tak layak
mendapat kepercayaannya, atau mengemban suatu tugas yang membutuhkan
ketegaran yang kokoh. Ini bisa jadi baik ataupun buruk, sekali lagi
tergantung sudut pandangnya. Dalam karier kepenontonan saya pada teater
bernama SULMAPA ini, muncullah beberapa nama yang menjadi 'Spesialis'
yang menjadi favoritnya dalam tugas-tugas terrtentu. Sebagai kontranya,
muncul pula mereka-mereka yang tingkat kesalahannya sudah sampai tahap
susah diampuni, hingga tak sedikit muncul namanya berseliweran dalam
borok-borok rapat.
Tapi, beliau sekali lagi serupa seorang bapak.
Terkadang, meski marahnya tak tertanggungkan, kami masih melihat sorot
kasih sayang di matanya. Terlepas dari hal-hal manusiawi yang
melingkupinya, sosoknya yang kerap kontroversial ternyata mampu mendapat
tempat di hati kami, para bawahan yang terkadang sampai heran bagaimana
Bapak satu ini bisa hapal nama, kebiasaan, hobi, bahkan tahu
gosip-gosip underground remeh-temeh kelas picisan sekalipun, padahal beliau sebagai seorang General Manager jarang sekali berada di kantor.
Dan
sekali lagi, sepanjang karier kepenontonan saya, baru kali ini saya
melihat sang tokoh utama yang tinggal di menara gading mau repot-repot
turun ke bawah sekedar ngobrol ngalor-ngidul dengan staff di bawah pimpinannya.
--
Jika
saja garis Tuhan bisa dirangkai sesuai rencana manusia, rasanya kami
tak ingin mendengar kabar beliau terjangkit kanker usus besar. Penyakit
itu membuatnya kehabisan separuh lebih berat badannya. Gestur tubuhnya
yang biasa kokoh dan sangar mendadak bertransformasi dalam bentuk
seorang pria tua penuh uban dan kurus terbalut dalam baju berlapis-lapis
yang tak mampu menyembunyikan visual yang mungkin berusaha ditutupinya.
Pada
hari ulang tahunnya, 5 Februari 2013 silam, beliau datang berkunjung
setelah beberapa waktu sebelumnya menjalani perawatan di Cina. Susah
untuk tak menahan haru demi melihatnya dalam kondisi seperti itu. Kami,
beberapa orang yang terlibat dalam kongsi persekongkolan hati nurani
bernama Konsorsium Humaniora membuat sebuah dokumenter singkat yang
narasumbernya adalah semua pegawai SULMAPA. Secara pribadi, saya yang
menghadapi editing tools selama 10 hari nonstop mengalami goncangan batin setiap melihat ulang review hasil shooting yang diambil siangnya. Andai saja saya tidak malu pada dua rekan Associate Editor
; Zaen dan Bondan, bisa jadi saya menumpahkan air mata saya. Meski
terkadang beliau menyebalkan, ternyata saya baru sadar jika saya
menyayanginya. Saya rasa begitu pula yang dirasakan teman-teman lain
terlepas dari apa saja kekurangannya sebagai manusia biasa.
Saya
masih ingat, betapa beliau diam dan kehabisan kata-kata saat kami semua
memberinya tambahan hadiah berupa sebuah foto dirinya dalam bingkai
berukuran 1,5 meter yang berwujud mozaik. Isinya, merupakan gabungan
dari 1000 buah foto dari dokumentasi SULMAPA sepanjang 2010-2012.
Kini,
setelah kepergiannya yang akhir, rasanya kami semua bersatu dalam doa
mengharap yang terbaik baginya, seperti 1000 foto kami semua yang
bersatu dan terjalin, berkelindan dalam rajutan mozaik yang membentuk
sosok Sang Nahkoda.
Selamat jalan Bapak, darimu kami belajar
menjadi satu, seperti slogan yang tak hentinya kau kumandangkan laksana
wahyu yang mesti tersampaikan: One Team, One Ship for One Goal.
-Dozan Alfian-
5 comments:
Luar biasa Zan... hanya tersisa tauladan dri Beliau dan doa yg mengiringi semoga semua yang terbaik disana. Amin
He's the special one. Mr. Andi Pahe.. Dari beliau kami semua meneladani ketulusan dan kekuatan. Semoga amal perbuatan beliau diberikan balasan terbaik serta diampuni segala khilafnya Oleg Sang Pemilik Kehidupan. aamiin
Salut buat Bapak Andi Paherangi Jaya ,,
Memori yg paling susah dilupakan ketika beliau memperkenalkan semua stafnya dan kemudian beliau sendiri kepada seorang OJT 24 yg baru masuk..sungguh patut dicontoh oleh semua pemimpin2 bagaimana beliau sangat menghormati stafnya (bahkan yg baru bergabung sekalipun)
- memori dr Prajamukti ttg Bp.APJ-
terima kasih mas atas semua penghargaan dan pujian untuk bapak, bagi saya sebagai anak beliau, beliau adalah sosok yang sangat LUAR BIASA, kehilangan beliau membuat seluruh kehidupan dalam keluarga kami menjadi sunyi, tidak ada panggilan2 beliau yang biasa saya dengar saat membangunkan saya untuk shalat subuh, tidak ada lagi ceramah2 beliau, tidak ada lagi ceramah2 yang biasa beliau kirimkan lewat group bbm keluarga
DONI anak Ke-3 Bapak andi
Post a Comment