Wednesday 7 August 2013

Sang Nahkoda Telah Berpulang

Terlibatlah kalian semua dalam suatu persekongkolan hati nurani
- Andi Paherangi Jaya


"Semalam, jam 11"
"Kemarin dulu menurun kondisinya"
"Sudah engga doyan makan dan minum sejak pulang dari Cina tanggal 30 kemarin"
"Dia sudah pergi"
"Seperti apa katanya dulu, GM itu datang dan pergi sesuka hatinya"
"Dan kini, beliau benar-benar pergi tak kembali lagi"

---

Saya mungkin tak mengenalnya sedekat teman-teman pegawai yang lain. Hubungan kami, sejatinya sebatas atasan dan bawahan yang paling bawah meski tak teramat bawah. Namun dari hubungan yang semestinya berjarak-jenjang tinggi dan berundak itu, saya mampu mengambil posisi tribun paling nyaman untuk menikmati peran sebagai seorang penonton. Dalam mata seorang penonton, yaitu pada sudut pandang orang ketiga, hubungan beliau selaku orang pertama dengan para bawahannya sebagai si orang kedua terpetakan jelas: jarak yang membentang sudah dibangunkan sebuah jembatan kokoh olehnya, dan beliau mampu menyeberang masuk ke dalam teritori berlumpur yang biasanya enggan ditapaki para pemangku jabatan vital. Maksud saya jelas, beliau tak keberatan serupa guru SD yang hapal semua nama anak didiknya, pun hal-ihwal yang melingkupi kebiasaan anak didiknya. Terkadang saya ngeri, ini sudah bukan hubungan mutualisme atasan-bawahan lagi, mungkin terkadang sudah menjelma menjadi hubungan ayah-anak, dimana kau tak akan mampu mencuranginya dari belakang karena ibarat seorang ayah, dia mengenalmu seperti dia mengenal dirinya sendiri.

Baru 3 tahun silam saya mengenalnya, bersamaan dengan datangnya para OJT angkatan 16 di kantor Ketintang, Surabaya. Saya mungkin sedikit apes waktu itu, mengingat hari pertama saya bekerja adalah hari beliau sedang bersidak keliling ruangan. Ruangan yang saya tempati kala itu hanya sebuah ruang kecil dingin bersamaan dengan instalasi perangkat server yang nampaknya baru terpasang beberapa waktu sebelum saya tiba, mengingat kondisinya yang berantakan. Saya mengingat, pintu dibuka tiba-tiba, saya terkejut dan melongo. Ngowoh. Beliau tidak ambil pusing bertanya siapa saya, si orang baru yang menempati ruangan baru itu, langsung saja main bentak "Bisa bersih engga? bersihkan! Mana Satrio? Rapikan ini semua! Kabel ini bisa dikasih masuk engga? Harus bisa!"
Blam!
Pintu ditutup dengan bantingan yang menggetarkan hati para pekerja hari pertama yang berusaha terlihat tegar.
Mampus, batin saya. Hari pertama sudah kena semprot orang yang sepertinya berkuasa disini.
Saya yang sudah hilang mood, ogah-ogahan ketika diajak serta berkumpul pada meeting yang diadakan di ruang makan. Belakangan baru saya tahu bahwa orang yang tadi membentak saya adalah sang General Manager, yang punya hobi mengadakan meeting pada jam-jam efektif dan sering tak kenal waktu.
Setegar apapun saya, kikuk rasanya, sebagai orang baru yang belum berkenalan dengan seorangpun di kantor itu, diajak serta duduk dalam suatu forum. Ah, kekikukan saya perlahan hilang karena pada waktu itu terjadi sesi perkenalan dengan para penghuni baru di Kantor: OJT 16. Ketika tiba giliran saya memperkenalkan diri, orang itu, Beliau Yang Terhormat Bapak General Manager, ramah luar biasa! Hilang sudah semua angker yang muncul saat dia membentak saya pagi tadi. Dia tak lupa wajah saya. "Ah, iya kamu, yang tadi di ruang server ya. Kenalkan nama kamu".
Sekali lagi saya belajar, orang ini ingatannya kuat.

--

Saya rasa jika kami semua berkumpul dalam suatu diskusi singkat, bisa jadi muncullah suatu benang merah tipis sebagai simpulan: Andi Paherangi Jaya, namanya adalah sinonim dari 'perintah-perintah yang tak dapat ditolak'. Beberapa kali kami kelabakan jika ada permintaannya yang terdengar mustahil. Masalahnya adalah, beliau tak mengenal penolakan. Tidak bisa adalah tanda kelemahan. Tidak bisa adalah tanda kau tak layak mendapat kepercayaannya, atau mengemban suatu tugas yang membutuhkan ketegaran yang kokoh. Ini bisa jadi baik ataupun buruk, sekali lagi tergantung sudut pandangnya. Dalam karier kepenontonan saya pada teater bernama SULMAPA ini, muncullah beberapa nama yang menjadi 'Spesialis' yang menjadi favoritnya dalam tugas-tugas terrtentu. Sebagai kontranya, muncul pula mereka-mereka yang tingkat kesalahannya sudah sampai tahap susah diampuni, hingga tak sedikit muncul namanya berseliweran dalam borok-borok rapat.
Tapi, beliau sekali lagi serupa seorang bapak. Terkadang, meski marahnya tak tertanggungkan, kami masih melihat sorot kasih sayang di matanya. Terlepas dari hal-hal manusiawi yang melingkupinya, sosoknya yang kerap kontroversial ternyata mampu mendapat tempat di hati kami, para bawahan yang terkadang sampai heran bagaimana Bapak satu ini bisa hapal nama, kebiasaan, hobi, bahkan tahu gosip-gosip underground remeh-temeh kelas picisan sekalipun, padahal beliau sebagai seorang General Manager jarang sekali berada di kantor.
Dan sekali lagi, sepanjang karier kepenontonan saya, baru kali ini saya melihat sang tokoh utama yang tinggal di menara gading mau repot-repot turun ke bawah sekedar ngobrol ngalor-ngidul dengan staff di bawah pimpinannya.

--

Jika saja garis Tuhan bisa dirangkai sesuai rencana manusia, rasanya kami tak ingin mendengar kabar beliau terjangkit kanker usus besar. Penyakit itu membuatnya kehabisan separuh lebih berat badannya. Gestur tubuhnya yang biasa kokoh dan sangar mendadak bertransformasi dalam bentuk seorang pria tua penuh uban dan kurus terbalut dalam baju berlapis-lapis yang tak mampu menyembunyikan visual yang mungkin berusaha ditutupinya.
Pada hari ulang tahunnya, 5 Februari 2013 silam, beliau datang berkunjung setelah beberapa waktu sebelumnya menjalani perawatan di Cina. Susah untuk tak menahan haru demi melihatnya dalam kondisi seperti itu. Kami, beberapa orang yang terlibat dalam kongsi persekongkolan hati nurani bernama Konsorsium Humaniora membuat sebuah dokumenter singkat yang narasumbernya adalah semua pegawai SULMAPA. Secara pribadi, saya yang menghadapi editing tools selama 10 hari nonstop mengalami goncangan batin setiap melihat ulang review hasil shooting yang diambil siangnya. Andai saja saya tidak malu pada dua rekan Associate Editor ; Zaen dan Bondan, bisa jadi saya menumpahkan air mata saya. Meski terkadang beliau menyebalkan, ternyata saya baru sadar jika saya menyayanginya. Saya rasa begitu pula yang dirasakan teman-teman lain terlepas dari apa saja kekurangannya sebagai manusia biasa.

Saya masih ingat, betapa beliau diam dan kehabisan kata-kata saat kami semua memberinya tambahan hadiah berupa sebuah foto dirinya dalam bingkai berukuran 1,5 meter yang berwujud mozaik. Isinya, merupakan gabungan dari 1000 buah foto dari dokumentasi SULMAPA sepanjang 2010-2012.
Kini, setelah kepergiannya yang akhir, rasanya kami semua bersatu dalam doa mengharap yang terbaik baginya, seperti 1000 foto kami semua yang bersatu dan terjalin, berkelindan dalam rajutan mozaik yang membentuk sosok Sang Nahkoda.

Selamat jalan Bapak, darimu kami belajar menjadi satu, seperti slogan yang tak hentinya kau kumandangkan laksana wahyu yang mesti tersampaikan: One Team, One Ship for One Goal.


-Dozan Alfian-

5 comments:

Luar biasa Zan... hanya tersisa tauladan dri Beliau dan doa yg mengiringi semoga semua yang terbaik disana. Amin

He's the special one. Mr. Andi Pahe.. Dari beliau kami semua meneladani ketulusan dan kekuatan. Semoga amal perbuatan beliau diberikan balasan terbaik serta diampuni segala khilafnya Oleg Sang Pemilik Kehidupan. aamiin

Salut buat Bapak Andi Paherangi Jaya ,,

Memori yg paling susah dilupakan ketika beliau memperkenalkan semua stafnya dan kemudian beliau sendiri kepada seorang OJT 24 yg baru masuk..sungguh patut dicontoh oleh semua pemimpin2 bagaimana beliau sangat menghormati stafnya (bahkan yg baru bergabung sekalipun)

- memori dr Prajamukti ttg Bp.APJ-

terima kasih mas atas semua penghargaan dan pujian untuk bapak, bagi saya sebagai anak beliau, beliau adalah sosok yang sangat LUAR BIASA, kehilangan beliau membuat seluruh kehidupan dalam keluarga kami menjadi sunyi, tidak ada panggilan2 beliau yang biasa saya dengar saat membangunkan saya untuk shalat subuh, tidak ada lagi ceramah2 beliau, tidak ada lagi ceramah2 yang biasa beliau kirimkan lewat group bbm keluarga

DONI anak Ke-3 Bapak andi

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More