Skena Hardcore/Metal Kota Gudeg seakan tak pernah mati. Tumbuh, berkembang, semaput, bangkit lagi dan pada akhirnya menolak mati. Sebutlah Hands Upon Salvation, setelah sewindu penuh masa pasang-surut, kali ini kontingen 'traditional hardcore/metal' ini kembali hadir meramaikan geliat skena hardcore/metal di Indonesia. Berbekal selusin track eksplosif nan agresif, personil baru, serta semangat baja yang dilandasi keras kepala tak terkira, lahirlah Entity:
sebuah album penuh dari Hands Upon Salvation (HUS) yang mengalami
penempaan tidak main-main selama 7 tahun lamanya. Simak petikan
wawancara kami dengan mereka berikut ini!
Selamat atas
perilisan 'Entity', album yang cukup 'jahat' menurut kami. Kabarnya
album ini sudah direkam sejak medio tahun 2010-2011, lalu apa yang
mengakibatkan 'Entity' baru bisa dirilis pada tahun ini (2012) ?
Daru : Kok
bisa sampai 1 tahun ….mungkin karena baik band maupun orang-orang yang
bekerja di belakang proyek terlalu sibuk dengan urusan yang lain jadi
yahhh begitulahhh memang harus ada yang dikorbankan.
Aar : Proses mixing yang paling lama dari semua proses pmbuatan album ini.
Suryo : Sebelumnya terima kasih atas sanjungannya, hehehe... Kalau ngomongin kendala yang jelas ya men-sinkronkan waktu itu tadi..
AgHUS : Egoisme personil terutama yang mendasari kenapa begitu lama buat band ini berkembang, dari latihan, pembuatan materi, recording,
dan lain-lainnya, semuanya tergantung ke kemauan personil sendiri, apa
sih yang membuat waktu terbuang selama 7 tahun kalo memang bukan
personilnya yang kebangetan ??? no offense, but itulah kenyataannya… dan disini jujur saja itu lebih bikin capek daripada semua proses apapun yang pernah dialami band ini.
Kendala apa saja yang ditemui dalam pembuatan album ini mulai dari proses collecting material hingga mastering?
Aar : Dalam proses recording sebagian di buat ketika bulan puasa, bahkan kadang sampai waktu menjelang sahur baru selesai. Besoknya di lanjut lagi..
Suryo :
Biasanya men-sinkronkan waktu, dan itu sudah menjadi kendala yang
sangat umum. Karena masing masing dari kita punya kesibukan yang
berbeda..
AgHUS : Kendala, dana tentu saja menjadi kendala utama, pemilihan materi, kesiapan mental saat recording, dan tentu saja proses editing-mixing-mastering yang lebih banyak menguras pikiran dan waktu, yang hampir menghabiskan sepanjang 1 tahun penuh revisi.
Filosofi Entity bagi kalian?
AgHUS : "Entity"
bermakna sebagai perwujudan kami sebagai satu format band yang
terbentuk atas dasar jalan panjang persahabatan, kekeluargaan dan wujud
karya keras kepala kami selama ini, sebuah penegasan singkat “KAMI MASIH
ADA”. Itulah esensi dari “Entity”
Lalu apa korelasi esensi Entity yang kalian sebutkan tadi dengan gambar Molotov sebagai cover album?
Aar : (Tertawa) Molotov itu bom culun, desain simpel tidak aneh-aneh dan itu sesuai dengan tema album ini.
Suryo :
Sebenarnya untuk desain Molotov itu saya pribadi lebih suka yang
berlatar warna merah dan kuning.. jadi kenapa kok jadi yang sudah
terbit sekarang ini saya juga ga tau.... (tertawa)... next.
AgHUS : Refleksi dari Molotov yang menyala adalah ekpresi yang diambil sebagai cover depan “Entity”,
dengan esensi sebagai wujud asli energi dan agresifitas musikal band
ini yang akan selalu menyala bahkan dengan lirik dan suasana yang
sentimentil sekalipun, soal pilihan pewarnaan, saya pikir itu juga
mewakili band ini… gloomy but in some romantic way it burns…
Lirik dan suasana yang sentimentil ?
AgHUS :
Lirik-lirik HUS adalah bentuk cerita/ mimpi/ ide yang lahir dan
berkembang. Lahir dari pikiran yang akhirnya mengalir dalam bentuk
tulisan lirik, dan tidak semuanya lahir secara orisinil karena
tulisan-tulisan tersebut juga lahir karena rangsangan yang muncul karena
media semacam film, buku, cerita hidup, bahkan keseharian pandangan
mata yang sengaja dituangkan, semuanya mengalir sebagai wujud refleksi
manusia dan kiasan tentang dunia dan apa yang dihadapinya.
Ada jangka waktu tertentu yang dipatok dalam menulis dan menyelesaikan sebuah lagu?
Daru : Ehmm gak mesti juga, tergantung mood, karena kita lebih sering dadakan, ide dan konsep itu kadang muncul begitu saja.
Aar :
Tergantung, sama sekali tidak ada patokan. Kapan dibuatnya pun kita
tidak pernah mencatat, begitu juga ketika sudah jadi lagu yang utuh.
Suryo : Untuk pembuatan lagu sendiri tergantung dari mood teman-teman sih.. Soalnya sering banget kita hanya nge- jam waktu latihan dan dari situ biasanya bisa menciptakan lagu baru. Jadi benar kalau emang tergantung mood teman-teman... (tertawa)
AgHUS : Materi lagu HUS tidak pernah membutuhkan deadline
atau patokan, semua proses produksi materi akan berhenti jika tiap
personil memang sudah merasa cukup dengan segala nuansa yang sudah
dibangun dalam muatan 1 lagu. Ada yang butuh waktu lama, ada yang
tidak, semua bergantung pada mood, egoisme dan juga kepuasan pribadi tiap personil.
Beberapa
lagu yang pernah masuk di Celebrate The New Born (EP / Diorama Records -
2004) masuk juga ke album Entity ini. Bukankah album kalian tersebut
beberapa kali dirilis ulang oleh beberapa label (lokal / luar) sehingga
lagu-lagu tersebut seharusnya sudah cukup familiar beredar. Semacam
melakukan penyegaran dalam komposisinya ataukah mengalami stagnan dalam
berproses kreatif?
Daru : Proses kreatif
sih memang sedikit terhambat ya… dengan bertambahnya umur dan urusan
individu karena kita tahu kita tidak hidup dari band, tapi alasan kenapa
memasukan lagu-lagu yang udah ada di EP (mini album, -red) sebenarnya karena lebih ke penyegaran saja, karena jujur untuk kualitas recording di EP tidak senyaman di album ini.
Aar : Yang
perlu di ingat, Celebrate The New Born adalah mini album, jadi sah-sah
saja kalau ada lagu yang kita sertakan dalam album ini.
Suryo : Kalau dari saya pribadi karena untuk kualitas sound
pada mini album Celebrate The New Born sendiri masih sangat kurang,
jadi atas kesepakatan bersama kita munculkan beberapa lagu lama kami ke
dalam album Entity ini.
AgHUS : Beberapa jawaban rekan-rekan sudah cukup mewakili ya… nah kalo soal stagnan
dalam berproses kreatif, salah satu faktor mungkin kayak gitu, karena
kami bukan gelintiran manusia yang cuma hidup untuk band, kami juga
punya tanggungjawab kepada cita-cita pribadi, keluarga, lingkungan
kerja, etc. Ada yang mampu menyisihkan waktu dan mengatur balancing
hidupnya antara pribadi-band-kerja, ada juga yang memilih sebaliknya…..
benturan konsistensi, tekanan hidup, dan pilihan prioritas.. mungkin
itulah gambaran sebuah band dengan personil yang hampir semuanya
memasuki usia dewasa dan sebagian berkeluarga…. buat saya pribadi band
ini adalah bagian besar dalam hidup saya…
Kalian
mengundang beberapa musisi Jogja untuk ikut berkolaborasi meramaikan
album Entity ini, bisa diceritakan kontribusi mereka dalam Entity?
AgHUS : Dalam proses recording, kami merekrut beberapa nama sebagai tim sorak sorai digawangi Indra Menus [To Die] John Ronesta Pandia [Orthrus] dan Wisnu Anggara [Orthrus], juga ada Wiman Rizkidrajat dari Spider Last’s Moment yang didaulat untuk sumbang suara di lagu “This Comforting Alienation” ditambah one-man project Monolismethic yang diundang untuk melengkapi album ini dengan scoring barbar yang akhirnya berjudul “Monolimperium".
Tentang masuknya Yuan Arie Panji (Mindfreak, Godforsaken) untuk mengisi sektor gitar....
Daru :
Masuknya Yuan Ari (Tampubolon) memang selain untuk menambah warna di
intstrumen juga karena kami sudah mulai tua. Kita butuh seseorang yang
bisa bangkitkan puber ke -2 (tertawa).
Aar : Sudah lama sebetulnya ada keinginan untuk menambah personil di sektor gitar, tapi baru setelah proses recording
selesai kita dikenalkan AgHUS dengan makhluk yang bernama Yuan, kita
coba latihan bareng, ngobrol dan whuuussaaaaahh akhirnya jadilah HUS
sekarang berlima.
Suryo : Atas rekomendasi mas
vokalis, masuk deehh.. tapi selain itu, kita juga cocok dengan karakter
orangnya, apalagi mas Yuan itu imut dan menarik (tertawa).
AgHUS :
Apa ya…. yang jelas saya capek cuma ketemu dan berantem dengan 3 orang
yang sama hampir 10 tahun sepanjang karir HUS, dan saya butuh pompa
energi baru, termasuk juga memperkaya sisi musikal HUS, dan saya pikir
dengan mengajak Yuan yang saya kenal sebagai pribadi yang fleksibel, open minded, berbakat, tidak ada salahnya saya pikir untuk memasukkannya sebagai anggota ke- 5.
Yuan : Kalo ini karena waktu itu saya di kontak sama pak AgHUS kalo minta bantuan seni memetik gitar saya buat HUS buat manggung opening
Heaven Shall Burn di Jogja. Selang beberapa hari saya dimintai
pertanggungjawaban atas apa yang sudah saya lakukan, tapi saya mashi
harus banyak belajar karena musik HUS ini menurut saya unik karena saya
belum mengalami masa sekitar 10 tahun yang lalu, yang pada era itu HUS
sudah beraliran H8000 sampe sekarang, jadi untuk pembuatan lagu
berikutnya saya masih menyesuaikan bapak-bapak yang lain dulu, maklum
masih kemarin sore.. (tertawa).
Beberapa
kalangan menyebut HUS adalah band pengusung Europe Hardcore / H8000,
tapi kalian sendiri nampak lebih nyaman menyebut "Traditional Hardcore".
bagaimanakah kalian mendefinisikan musik HUS itu sendiri?
Daru : Yaaa boleh lah temen-temen mendefinisikan musik kita sebagai pengusung H8000, tapi kita lebih seneng dengan sebutan traditional hardcore, karena dari konsep lagu kita memang memilih part-part yang agresif dan “jahat” tanpa harus terbawa “mainstream”
musik cadas. Tapi yang jelas mengapa kita bertahan dengan konsep
tersebut karena kita ingin mempertahankan karakter, kami ingin HUS
adalah seperti HUS. Saya kira dalam sebuah band yang paling sulit adalah
membentuk karakter band itu sendiri, karena banyak band bagus yang
tidak punya karakter.
AgHUS : Dalam dunia HC, ensiklopedia dan kamusnya, seperti banyak diketahui hardcore sudah pecah dalam berbagai varian dan subgenre, dan disini salah kaprah definisi, pendapat mayoritas, lack of knowledge, termasuk juga fanatisme semu (tertawa) sering bikin keruh skena HC sendiri. Term “traditional hardcore” jelas bukan untuk HUS, saya lebih mendefinisikan HUS sebagai band “traditional hardcore/metal” terminologi kondisi seperti wave hardcore berkorporasi dengan metal
di era 90-an, dimana perkawinan tersebut seolah terdengar kacau dan
tidak sempurna, dimana intensitas, emosi, dan semangat lebih berperan
sempurna tidak seperti era metalcore modern seperti
band-band era sekarang… Itulah HUS… dan iya secara musikal saya pribadi
banyak terpengaruh oleh band-band Belgia di H8000 scene.
AgHUS
(vocal) adalah salah seorang aktivis 'bawah tanah' yang juga mempunyai
label sendiri, Diorama Records. Atas pertimbangan apakah sehingga
memepercayakan perilisan Entity pada Hellavila Records ketimbang melalui
label sendiri?
AgHUS : Hehehe… dari
dulu khan memang tradisi HUS itu suka lompat-lompat label.. yang intinya
adalah saya suka bekerja sama dengan siapa saja, dan dimana saja…
asalkan untuk mendukung progres HUS sebagai band tentunya, diluar Diorama, HUS pernah bekerja sama dengan Dehidrate Records [Bogor], Paranoid Records [Malaysia], Retribution Network [Japan], Birthdie Records
[Blitar] dalam perilisan album, bersama dengan Hellavila Records
tentunya saya berharap kami akan membuka lebih banyak kesempatan lagi… and who knows ….mungkin kita akan melompat lebih jauh lagi….
Bagaimana perkembangan skena hardcore/metal saat ini menurut kalian? Ada rekomendasi rilisan dari skena hardcore/metal terbaru?
Yuan : Band-band hardcore/metal di Jogja ini sebenarnya banyak sekali, perkembangannya bisa dibilang baik, untuk rilisan terbaru band di Jogja bisa di simak End Of Julia yang baru saja rilis album, Overseas, Cranial Incisored, Deadly Weapon yang saya dengar sebentar lagi bakal rilis album dan band saya sendiri Godforsaken tahun ini sedang proses mini album dan split album dengan beberapa band disini (promosi sitik :p)
AgHUS : Hmm… saya pikir untuk genre metalcore modern
perkembangannya jelas banyak terlihat, dimana-mana band-band semacam
ini tumbuh subur dan bahkan menjadi bagian dari industri musik modern…
dan tidak perlu dicontohkan mungkin semua juga sudah tahu…. saya lebih
berharap kepada band-band yang setia kepada hardcore/metal tradisional. Mereka yang tetap memainkan hardcore/metal bernuansa lawas
di era sekarang buat saya adalah inspirasi…. Malang memegang kendali
untuk ukuran skena lokal, band baru lahir sementara yang lama tetap
menggigit dan punya wibawa seperti Breath Of Despair, kabar reuni Stolen Vision membuat saya juga penasaran, sementara di luar negeri kabar reunian Harvest, Morning Again, dan Day Of Suffering
jelas begitu menyegarkan… yang lain? Saya pikir setelah daratan Eropa,
tidak ada salahnya perhatian dialihkan ke negara-negara dunia ketiga
belahan benua Amerika seperti Brazil, Chile, Argentina, Columbia, dan
lainnya…
Apa rencana terdekat HUS pasca perilisan Entity?
Daru : Rencana terdekat selain promo di beberapa radio, mungkin nanti untuk launching dan tour -nya segera.
Aar : Kemungkinan akan tur kecil, tapi kita masih liat ke depannya bagaimana.
Suryo : Kita akan mengadakan promo tour, tapi masih akan digodog lebih lanjut lagi...
AgHUS : Hmmm….saya tidak akan terlalu bermuluk-muluk tentang apapun plan
kedepan, buat saya pribadi adalah justru dari album ini, selanjutnya
saya berharap ada sesuatu yang berbeda dari band ini, secara personal
tentunya…. perubahan mental, perubahan mindset, proses kreatif
dan semangat kerja itu buat saya lebih penting untuk mendukung
eksistensi band ini daripada berwacana terlalu banyak tapi minim
soliditas… dan itulah ujian buat band ini selanjutnya… mau seperti apa,
waktu yang akan menjawab….
[Interview done by Dozan Alfian]
[Posted in EAR Magazine / Webzine, August 10, 2012]
0 comments:
Post a Comment