Friday, 10 August 2012

Ledakan Agresifitas Bernama Entity


Skena Hardcore/Metal Kota Gudeg seakan tak pernah mati. Tumbuh, berkembang, semaput, bangkit lagi dan pada akhirnya menolak mati. Sebutlah Hands Upon Salvation,  setelah sewindu penuh masa pasang-surut, kali ini kontingen 'traditional hardcore/metal' ini kembali hadir meramaikan geliat skena hardcore/metal di Indonesia. Berbekal selusin track eksplosif nan agresif, personil baru, serta semangat baja yang dilandasi keras kepala tak terkira, lahirlah Entity: sebuah album penuh dari Hands Upon Salvation (HUS) yang mengalami penempaan tidak main-main selama 7 tahun lamanya. Simak petikan wawancara kami dengan mereka berikut ini!

Selamat atas perilisan 'Entity', album yang cukup 'jahat' menurut kami. Kabarnya album ini sudah direkam sejak medio tahun 2010-2011, lalu apa yang mengakibatkan  'Entity' baru bisa dirilis pada tahun ini (2012) ?
Daru : Kok bisa sampai 1 tahun ….mungkin karena baik band maupun orang-orang yang bekerja di belakang proyek terlalu sibuk dengan urusan yang lain jadi yahhh  begitulahhh memang harus ada yang dikorbankan.
Aar : Proses mixing yang paling lama dari semua proses pmbuatan album ini.
Suryo : Sebelumnya terima kasih atas sanjungannya, hehehe... Kalau ngomongin kendala yang jelas ya men-sinkronkan waktu itu  tadi..
AgHUS : Egoisme personil terutama yang mendasari kenapa begitu lama buat band ini berkembang, dari latihan, pembuatan materi, recording, dan lain-lainnya, semuanya  tergantung ke kemauan personil sendiri, apa sih yang membuat waktu terbuang selama 7 tahun kalo memang bukan personilnya yang kebangetan ??? no offense, but itulah kenyataannya… dan disini jujur saja itu lebih bikin capek daripada semua proses apapun yang pernah dialami band ini.

Kendala apa saja yang ditemui dalam pembuatan album ini mulai dari proses collecting material hingga mastering?

Aar : Dalam proses recording sebagian di buat ketika bulan puasa, bahkan kadang sampai waktu menjelang sahur baru selesai. Besoknya di lanjut lagi..
Suryo : Biasanya men-sinkronkan waktu, dan itu sudah menjadi kendala yang sangat umum. Karena masing masing dari kita punya kesibukan yang berbeda..
AgHUS : Kendala, dana tentu saja menjadi kendala utama, pemilihan materi, kesiapan mental saat recording, dan tentu saja proses editing-mixing-mastering yang lebih banyak menguras pikiran dan waktu, yang hampir menghabiskan sepanjang 1 tahun penuh revisi.

Filosofi Entity bagi kalian?

AgHUS : "Entity" bermakna sebagai perwujudan kami sebagai satu format band yang terbentuk atas dasar jalan panjang persahabatan, kekeluargaan dan wujud karya keras kepala kami selama ini, sebuah penegasan singkat “KAMI MASIH ADA”. Itulah esensi dari “Entity

Lalu apa korelasi esensi Entity yang kalian sebutkan tadi dengan gambar Molotov sebagai cover album?

Aar : (Tertawa) Molotov itu bom culun, desain simpel tidak aneh-aneh dan itu sesuai dengan tema album ini.
Suryo : Sebenarnya untuk desain Molotov itu saya pribadi lebih suka yang berlatar warna merah dan kuning..   jadi kenapa kok jadi yang sudah terbit sekarang ini saya juga ga tau.... (tertawa)... next.
AgHUS : Refleksi dari Molotov yang menyala adalah ekpresi yang diambil sebagai cover depan “Entity”, dengan esensi sebagai wujud asli energi dan agresifitas musikal band ini yang akan selalu menyala bahkan dengan lirik dan suasana yang sentimentil sekalipun, soal pilihan pewarnaan, saya pikir itu juga mewakili band ini… gloomy but in some romantic way it burns…

Lirik dan suasana yang sentimentil ?

AgHUS : Lirik-lirik HUS adalah bentuk cerita/ mimpi/ ide yang lahir dan berkembang. Lahir dari pikiran yang akhirnya mengalir dalam bentuk tulisan lirik, dan tidak semuanya lahir secara orisinil karena tulisan-tulisan tersebut juga lahir karena rangsangan yang muncul karena media semacam film, buku, cerita hidup, bahkan keseharian pandangan mata yang sengaja dituangkan, semuanya mengalir sebagai wujud refleksi manusia dan kiasan tentang dunia dan apa yang dihadapinya.

Ada jangka waktu tertentu yang dipatok dalam menulis dan menyelesaikan sebuah lagu?

Daru : Ehmm gak mesti juga, tergantung mood, karena kita lebih sering dadakan, ide dan konsep itu kadang muncul begitu saja.
 Aar : Tergantung, sama sekali tidak ada patokan. Kapan dibuatnya pun kita tidak pernah mencatat, begitu juga ketika sudah jadi  lagu yang utuh.
Suryo : Untuk pembuatan lagu sendiri tergantung dari mood teman-teman sih.. Soalnya sering banget kita hanya nge- jam waktu latihan dan dari situ biasanya bisa menciptakan lagu baru. Jadi benar kalau emang tergantung mood teman-teman... (tertawa)
AgHUS : Materi lagu HUS tidak pernah membutuhkan deadline atau patokan, semua proses produksi materi akan berhenti jika tiap personil memang sudah merasa cukup dengan segala nuansa yang sudah dibangun dalam muatan 1 lagu.  Ada yang butuh waktu lama, ada yang tidak, semua bergantung pada mood, egoisme dan juga kepuasan pribadi tiap personil.
Beberapa lagu yang pernah masuk di Celebrate The New Born (EP / Diorama Records - 2004) masuk juga ke album Entity ini. Bukankah album kalian tersebut beberapa kali dirilis ulang oleh beberapa label (lokal / luar) sehingga lagu-lagu tersebut seharusnya sudah cukup familiar beredar. Semacam melakukan penyegaran dalam komposisinya ataukah mengalami stagnan dalam berproses kreatif?
Daru : Proses kreatif sih memang sedikit terhambat ya… dengan bertambahnya umur dan urusan individu karena kita tahu kita tidak hidup dari band, tapi alasan kenapa memasukan lagu-lagu yang udah ada di EP (mini album, -red) sebenarnya karena lebih ke penyegaran saja, karena jujur untuk kualitas recording di EP tidak senyaman di album ini.
Aar : Yang perlu di ingat, Celebrate The New Born adalah mini album, jadi sah-sah saja kalau ada lagu yang kita sertakan dalam album ini.
Suryo : Kalau dari saya pribadi karena untuk kualitas sound pada mini album Celebrate The New Born sendiri masih sangat kurang, jadi atas kesepakatan bersama kita munculkan beberapa lagu lama kami ke dalam album Entity ini.
AgHUS : Beberapa jawaban rekan-rekan sudah cukup mewakili ya… nah kalo soal stagnan dalam berproses kreatif, salah satu faktor mungkin kayak gitu, karena kami bukan gelintiran manusia yang cuma hidup untuk band, kami juga punya tanggungjawab kepada cita-cita pribadi, keluarga, lingkungan kerja, etc. Ada yang mampu menyisihkan waktu dan mengatur balancing hidupnya antara pribadi-band-kerja, ada juga yang memilih sebaliknya….. benturan konsistensi, tekanan hidup, dan pilihan prioritas.. mungkin itulah gambaran sebuah band dengan personil yang hampir semuanya memasuki usia dewasa dan sebagian berkeluarga…. buat saya pribadi band ini adalah bagian besar dalam hidup saya…

Kalian mengundang beberapa musisi Jogja untuk ikut berkolaborasi meramaikan album Entity ini, bisa  diceritakan kontribusi mereka dalam Entity?
AgHUS : Dalam proses recording, kami merekrut beberapa nama sebagai tim sorak sorai digawangi Indra Menus [To Die] John Ronesta Pandia [Orthrus] dan Wisnu Anggara [Orthrus], juga ada Wiman Rizkidrajat dari Spider Last’s Moment yang didaulat untuk sumbang suara di lagu “This Comforting Alienation” ditambah one-man project  Monolismethic yang diundang untuk melengkapi album ini dengan scoring barbar yang akhirnya berjudul “Monolimperium".

 
Tentang masuknya Yuan Arie Panji (Mindfreak, Godforsaken) untuk mengisi sektor gitar....
Daru : Masuknya Yuan Ari (Tampubolon) memang selain untuk menambah warna di intstrumen juga karena kami sudah mulai  tua. Kita butuh seseorang yang bisa bangkitkan puber ke -2 (tertawa).
Aar : Sudah lama sebetulnya ada keinginan untuk menambah personil di sektor gitar, tapi baru setelah proses recording selesai kita dikenalkan AgHUS dengan makhluk yang bernama Yuan, kita coba latihan bareng, ngobrol dan whuuussaaaaahh akhirnya jadilah HUS sekarang berlima.
Suryo : Atas rekomendasi mas vokalis, masuk deehh.. tapi selain itu, kita juga cocok dengan karakter orangnya, apalagi mas Yuan itu imut dan menarik (tertawa).
AgHUS : Apa ya…. yang jelas saya capek cuma ketemu dan berantem dengan 3 orang yang sama hampir 10 tahun sepanjang karir HUS, dan saya butuh pompa energi baru, termasuk juga memperkaya sisi musikal HUS, dan saya pikir dengan mengajak Yuan yang saya kenal sebagai pribadi yang fleksibel, open minded, berbakat, tidak ada salahnya saya pikir untuk memasukkannya sebagai anggota ke- 5.
Yuan :  Kalo ini karena waktu itu saya di kontak sama pak AgHUS kalo minta bantuan seni memetik gitar saya buat HUS buat manggung opening Heaven Shall Burn di Jogja.  Selang beberapa hari saya dimintai pertanggungjawaban atas apa yang sudah saya lakukan, tapi saya mashi harus banyak belajar karena musik HUS ini menurut saya unik karena saya belum mengalami masa sekitar 10 tahun yang lalu, yang pada era itu HUS sudah beraliran H8000 sampe sekarang, jadi untuk pembuatan lagu berikutnya saya masih menyesuaikan bapak-bapak yang lain dulu, maklum masih kemarin sore.. (tertawa).

Beberapa kalangan menyebut HUS adalah band pengusung Europe Hardcore / H8000, tapi kalian sendiri nampak lebih nyaman menyebut "Traditional Hardcore". bagaimanakah kalian mendefinisikan musik HUS itu sendiri?
Daru : Yaaa boleh lah temen-temen mendefinisikan musik kita sebagai pengusung H8000, tapi kita lebih seneng dengan sebutan traditional hardcore, karena dari konsep lagu kita memang memilih part-part yang agresif dan “jahat” tanpa harus terbawa “mainstream” musik cadas. Tapi yang jelas mengapa kita bertahan dengan konsep tersebut karena kita ingin mempertahankan karakter, kami ingin HUS adalah seperti HUS. Saya kira dalam sebuah band yang paling sulit adalah membentuk karakter band itu sendiri, karena banyak band bagus yang tidak punya karakter.
AgHUS : Dalam dunia HC, ensiklopedia dan kamusnya, seperti banyak diketahui hardcore sudah pecah dalam berbagai varian dan subgenre, dan disini salah kaprah definisi, pendapat mayoritas, lack of knowledge, termasuk juga fanatisme semu (tertawa) sering bikin keruh skena HC sendiri. Term “traditional hardcore” jelas bukan untuk HUS, saya lebih mendefinisikan HUS sebagai band “traditional hardcore/metal” terminologi kondisi seperti wave hardcore berkorporasi dengan metal di era 90-an, dimana perkawinan tersebut seolah terdengar kacau dan tidak sempurna, dimana intensitas, emosi, dan semangat lebih berperan sempurna tidak seperti era metalcore modern seperti band-band era sekarang… Itulah HUS… dan iya secara musikal saya pribadi banyak terpengaruh oleh band-band Belgia di H8000 scene.

AgHUS (vocal) adalah salah seorang aktivis 'bawah tanah' yang juga mempunyai label sendiri, Diorama Records. Atas pertimbangan apakah sehingga memepercayakan perilisan Entity pada Hellavila Records ketimbang melalui label sendiri?
AgHUS    : Hehehe… dari dulu khan memang tradisi HUS itu suka lompat-lompat label.. yang intinya adalah saya suka bekerja sama dengan siapa saja, dan dimana saja… asalkan untuk mendukung progres HUS sebagai band tentunya, diluar Diorama, HUS pernah bekerja sama dengan Dehidrate Records [Bogor], Paranoid Records [Malaysia], Retribution Network [Japan], Birthdie Records [Blitar] dalam perilisan album, bersama dengan Hellavila Records tentunya saya berharap kami akan membuka lebih banyak kesempatan lagi… and who knows ….mungkin kita akan melompat lebih jauh lagi….

Bagaimana perkembangan skena hardcore/metal saat ini menurut kalian? Ada rekomendasi rilisan dari skena hardcore/metal terbaru?
Yuan : Band-band hardcore/metal di Jogja ini sebenarnya banyak sekali, perkembangannya bisa dibilang baik, untuk rilisan terbaru band di Jogja bisa di simak End Of Julia yang baru saja rilis album, Overseas, Cranial Incisored, Deadly Weapon yang saya dengar sebentar lagi bakal rilis album dan band saya sendiri Godforsaken tahun ini sedang proses mini album dan split album dengan beberapa band disini (promosi sitik :p)
AgHUS : Hmm… saya pikir untuk genre metalcore modern perkembangannya jelas banyak terlihat, dimana-mana band-band semacam ini tumbuh subur dan bahkan menjadi bagian dari industri musik modern… dan tidak perlu dicontohkan mungkin semua juga sudah tahu…. saya lebih berharap kepada band-band yang setia kepada hardcore/metal tradisional. Mereka yang tetap memainkan hardcore/metal bernuansa lawas di era sekarang buat saya adalah inspirasi…. Malang memegang kendali untuk ukuran skena lokal, band baru lahir sementara yang lama tetap menggigit dan punya wibawa seperti Breath Of Despair, kabar reuni Stolen Vision membuat saya juga penasaran, sementara di luar negeri kabar reunian Harvest, Morning Again, dan Day Of Suffering jelas begitu menyegarkan… yang lain? Saya pikir setelah daratan Eropa, tidak ada salahnya perhatian dialihkan ke negara-negara dunia ketiga belahan benua Amerika seperti Brazil, Chile, Argentina, Columbia, dan lainnya…

Apa rencana terdekat HUS pasca perilisan Entity?
Daru : Rencana terdekat selain promo di beberapa radio, mungkin nanti untuk launching dan tour -nya segera.
Aar : Kemungkinan akan tur kecil, tapi kita masih liat ke depannya bagaimana.
Suryo : Kita akan mengadakan promo tour, tapi masih akan digodog lebih lanjut lagi...
AgHUS : Hmmm….saya tidak akan terlalu bermuluk-muluk tentang apapun plan kedepan, buat saya pribadi adalah justru dari album ini, selanjutnya saya berharap ada sesuatu yang berbeda dari band ini, secara personal tentunya…. perubahan mental, perubahan mindset, proses kreatif dan semangat kerja itu buat saya lebih penting untuk mendukung eksistensi band ini daripada berwacana terlalu banyak tapi minim soliditas… dan itulah ujian buat band ini selanjutnya… mau seperti apa, waktu yang akan menjawab….
[Interview done by Dozan Alfian]



[Posted in EAR Magazine / Webzine, August 10, 2012]

0 comments:

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More