Sejak kemunculannya pada tahun 2007 dan disusul dengan sebuah
mini album “Music Box” pada tahun 2008, sudah bisa dipastikan bahwa
Suddenly Sunday adalah sekelompok muda-mudi pengusung Indie Rock
yang tidak klise dan berpotensi besar. Selang waktu 4 tahun sejak Music
Box, mereka banyak berbenah: bongkar pasang personel, video klip
perdana, dan akhirnya Everything Under The Sun; sebuah album dengan daya kreasi out of the box
mereka persembahkan dengan suka-cita lagi riang-ria. Simak obrolan EAR
dengan mereka via surat elektronik di sela-sela kesibukan mereka paska
tampil dalam sebuah tayangan reguler di sebuah televisi swasta-nasional
beberapa waktu lalu.
Congrats untuk perilisan album Everything Under The Sun! Sebuah album yang seru. Apa arti Everything Under The Sun (EUTS) bagi kalian?
Suddenly Sunday (SS) : Terima kasih EAR
Album ini bisa dibilang rangkuman perjalanan SS selama 5 tahun ini,
baik secara musik maupun personal. EUTS menggambarkan kehidupan, dimana
siklus kehidupan itu banyak elemennya, misal sedih-senang, fenomena
kontradiksi, tentang perasaan, alam dan manusia. Elemen-elemen itu juga
yang menjadi tema-tema lagu kita. Secara personal, SS sendiri juga
mengalami elemen siklus kehidupan, misal pergantian personil beberapa
kali yang datang dan pergi, hingga harus ada adaptasi dan survive juga
biar SS gak bubar.
Cukup lama berlalu sejak perilisan EP Music Box pada tahun 2008 silam, apa saja yang terjadi dalam kubu SS secara krusial?
SS : Yap, cukup lama memang. Yang terjadi dalam kubu
kami adalah bongkar pasang personil. Ya, seperti wacana kultur
pendidikan di Jogja sebagai kota pelajar (setelah lulus, akan
berpencar). Sama seperti yang terjadi dalam kubu SS sendiri. Sampai
akhirnya 2010 kami memulai bangkit dengan formasi baru. Dini Yunitasari
(voc), Adi Wijaya (gitar), Helmy Febrian (Gitar), Dewi Sarmudyahsari
(drum) dan Woro Agustin (bass). And finally, Juli lalu kami berhasil merilis debut album kita
Ada cerita menarik selama proses penggarapan album ini?
SS : Proses pembuatan album ini terhitung sejak
2010. Dimulai dari terbentuknya formasi kita ini. Jelas, keinginan kita
secepatnya untuk merilis album. Tak terasa 2 tahun terlalui, waktu yang
cukup lama ternyata. Ya karena kita sendiri mempunyai kegiatan
masing-masing dan pekerjaan masing-masing, jadi waktu adalah kendala
utama kita. Ditambah kedua gitaris kami yang berdomisili di Magelang,
jarak juga menjadikan kami sebagai band LDR (Long Distance
Relationship,-red)
Tapi toh itu bukan jadi masalah, ketika Gunung Merapi meletus tempo
lalu, jalanan Jogja-Magelang terpisahkan oleh material Merapi, dan itu
bukan menjadi kendala utama bagi double fighter gitaris kita. Mereka tetap semangat untuk sekedar latian studio di Jogja!
Untuk
Dini, apakah perlu penyesuaian tersendiri untuk bergabung dalam formasi
SS, mengingat vokal Wandan dulu juga mempunyai karakter yang cukup
kuat…
SS :Penyesuain tersendiri sih enggak ya. Soalnya
dari awal aja kalo nyanyi lagu SS, aku nggak dengerin dari vokal yang
udah diisi sama Wandan. Langsung pas latihan, spontan aja menyanyikan.
Menginterpretasi dan kadang cari notasi sendiri karena gak ada yg bisa
nyontohin nyanyi. Kalau berbicara respon pendengar lama, sejauh ini sih
kami mendengar respon yang sangat baik tentang hadirnya Dini. Bisa
dibilang juga, dengan formasi SS yang sekarang ini, membuat musik kami
menuju pendewasaan yang lebih matang dari materi-materi sebelumnya.
Ada beberapa lagu di EP Music Box yang diaransemen ulang dan masuk ke EUTS, bahkan “Music Box And The Glowing Tree” sudah direkam 3x dengan 3 vokalis berbeda pula bisa ceritakan sedikit tentang ini?
SS : Ada 3 lagu dari EP yang kami masukan lagi ke LP : Music Box And The Glowing Tree, Say Hello To Ironique dan Higher. Untuk lagu Music Box And The Glowing Tree sendiri, kami rasa sudah sangat melekat dengan Suddenly Sunday
dan sejarah lagu ini yang cukup punya cerita tersendiri buat SS. Jadi
akan sangat sayang sekali kalau lagu ini gak masuk dalam EUTS yang kita
garap jauh lebih serius dari EP kita. Dan seperti yang sudah diterangkan
di atas, bahwa EUTS ini merupakan rangkuman perjalan SS selama 5 tahun
berproses.
Proses yang lumayan lama ya, lalu, bagaimana kalian mendefinisikan musik SS menurut tafsir kalian sendiri?
SS : Kami sih berpatok pada indierock, female-fronted. Tapi kembali lagi, kami membebaskan orang-orang menafsirkan seperti apa musik kita. Yang jelas adalah sound of Suddenly Sunday
Jauh sebelum kalian merilis EUTS, kalian justru terlebih
dahulu merilis video “Club Addicted”. Ini anomali, dimana biasanya
video klip akan muncul guna mendukung perilisan album, bukan sebaliknya.
…
SS : 2010 tepatnya kami mengeluarkan dua demo, Hollow Night dan Club Addicted.
Ini sebagai langkah pertama kita untuk menyapa publik dengan formasi
anyar dari kami. Dan ternyata responnya sangat baik, sempat menduduki top chart di beberapa radio. Kebetulan juga kami bertemu dengan Rekamotak, kemudian kami membuat video klip Club Addicted untuk merespon balik dari respon pendengar yang diluar perkiraan kita sendiri.
Handmade Packaging versi fisik EUTS ini unik sekali, kabarnya hanya dirilis terbatas sebanyak 200 buah ya?
SS : Betul, hanya 200 pcs. Ide ini muncul dari hasil
obrolan dan sharing dengan rekan kita, Afit. Kemudian kami bersama-sama
menggodok konsep bersama dan Afit mencoba mengeksekusi dan
memvisualkannya. Dan jadilah debut album kita dengan handmade packaging seperti ini.
Selain produk fisik, kalian juga menyediakan versi non-fisik berupa kode unduhan yang hanya bisa didapat disetiap pembelian official merch SS. Tidak merasa rugi dengan model semacam ini?
SS : Tidak, justru menurut kami ini adalah terobosan baru dalam pemasaran. Bersama dengan Gigsplay Records, kami memberikan kode verifikasi di setiap pembelian official merchandise kami. Tujuannya simple, agar musik kita bisa lebih meluas dengan cara yang legal.
Rencana terdekat pasca perilisan EUTS?
SS : Pengennya sih tur. Pengen ngenalin musik Suddenly Sunday ke panggung-panggung rakyat di kota-kota lain atau bahkan negara lain.
Amin! Last words untuk pembaca EAR?
SS : Lets get EARgasm with Everything Under The Sun album
[Interview done by Dozan Alfian]
Thursday, 27 September 2012
Fenomena Kontradiksi Suddenly Sunday
[Posted on EAR Magazine / Webzine, August 13, 2012]
0 comments:
Post a Comment