Thursday, 27 September 2012

Fenomena Kontradiksi Suddenly Sunday


Sejak kemunculannya pada tahun 2007 dan disusul dengan sebuah mini album “Music Box” pada tahun 2008, sudah bisa dipastikan bahwa Suddenly Sunday adalah sekelompok muda-mudi pengusung Indie Rock yang tidak klise dan berpotensi besar. Selang waktu 4 tahun sejak Music Box, mereka banyak berbenah: bongkar pasang personel, video klip perdana, dan akhirnya Everything Under The Sun; sebuah album dengan daya kreasi out of the box mereka persembahkan dengan suka-cita lagi riang-ria. Simak obrolan EAR dengan mereka via surat elektronik di sela-sela kesibukan mereka paska tampil dalam sebuah tayangan reguler di sebuah televisi swasta-nasional beberapa waktu lalu.
Congrats untuk perilisan album Everything Under The Sun! Sebuah album yang seru. Apa arti Everything Under The Sun (EUTS) bagi kalian?
Suddenly Sunday (SS) : Terima kasih EAR :) Album ini bisa dibilang rangkuman perjalanan SS selama 5 tahun ini, baik secara musik maupun personal. EUTS  menggambarkan kehidupan, dimana siklus kehidupan itu banyak elemennya, misal sedih-senang, fenomena kontradiksi, tentang perasaan, alam dan manusia. Elemen-elemen itu juga yang menjadi tema-tema lagu kita. Secara personal, SS sendiri juga mengalami elemen siklus kehidupan, misal pergantian personil beberapa kali yang datang dan pergi, hingga harus ada adaptasi dan survive juga biar SS gak bubar.
Cukup lama berlalu sejak perilisan EP Music Box pada tahun 2008 silam, apa saja yang terjadi dalam kubu SS secara krusial?
SS : Yap, cukup lama memang. Yang terjadi dalam kubu kami adalah bongkar pasang personil. Ya, seperti wacana kultur pendidikan di Jogja sebagai kota pelajar (setelah lulus, akan berpencar). Sama seperti yang terjadi dalam kubu SS sendiri. Sampai akhirnya 2010 kami memulai bangkit dengan formasi baru. Dini Yunitasari (voc), Adi Wijaya (gitar), Helmy Febrian (Gitar), Dewi Sarmudyahsari (drum) dan Woro Agustin (bass). And finally, Juli lalu kami berhasil merilis debut album kita :)
Ada cerita menarik selama proses penggarapan album ini?

SS : Proses pembuatan album ini terhitung sejak 2010. Dimulai dari terbentuknya formasi kita ini. Jelas, keinginan kita secepatnya untuk merilis album. Tak terasa 2 tahun terlalui, waktu yang cukup lama ternyata. Ya karena kita sendiri mempunyai kegiatan masing-masing dan pekerjaan masing-masing, jadi waktu adalah kendala utama kita. Ditambah kedua gitaris kami yang berdomisili di Magelang, jarak juga menjadikan kami sebagai band LDR (Long Distance Relationship,-red) :) Tapi toh itu bukan jadi masalah, ketika Gunung Merapi meletus tempo lalu, jalanan Jogja-Magelang terpisahkan oleh material Merapi, dan itu bukan menjadi kendala utama bagi double fighter gitaris kita. Mereka tetap semangat untuk sekedar latian studio di Jogja!
Untuk Dini, apakah perlu penyesuaian tersendiri untuk bergabung dalam formasi SS, mengingat vokal Wandan dulu juga mempunyai karakter yang cukup kuat…
SS :Penyesuain tersendiri sih enggak ya. Soalnya dari awal aja kalo nyanyi lagu SS, aku nggak dengerin dari vokal yang udah diisi sama Wandan. Langsung pas latihan, spontan aja menyanyikan. Menginterpretasi dan kadang cari notasi sendiri karena gak ada yg bisa nyontohin nyanyi.  Kalau berbicara respon pendengar lama, sejauh ini sih kami mendengar respon yang sangat baik tentang hadirnya Dini. Bisa dibilang juga, dengan formasi SS yang sekarang ini, membuat musik kami menuju pendewasaan yang lebih matang dari materi-materi sebelumnya.
Ada beberapa lagu di EP Music Box yang diaransemen ulang dan masuk ke EUTS, bahkan “Music Box And The Glowing Tree” sudah direkam 3x dengan 3 vokalis berbeda pula :) bisa  ceritakan sedikit tentang ini?

SS : Ada 3 lagu dari EP yang kami masukan lagi ke LP : Music Box And The Glowing Tree, Say Hello To Ironique dan Higher. Untuk lagu Music Box And The Glowing Tree sendiri, kami rasa sudah sangat melekat dengan Suddenly Sunday dan sejarah lagu ini yang cukup punya cerita tersendiri buat SS. Jadi akan sangat sayang sekali kalau lagu ini gak masuk dalam EUTS yang kita garap jauh lebih serius dari EP kita. Dan seperti yang sudah diterangkan di atas, bahwa EUTS ini merupakan rangkuman perjalan SS selama 5 tahun berproses.
Proses yang lumayan lama ya, lalu, bagaimana kalian mendefinisikan musik SS menurut tafsir kalian sendiri?
SS : Kami sih berpatok pada indierock, female-fronted. Tapi kembali lagi, kami membebaskan orang-orang menafsirkan seperti apa musik kita. Yang jelas adalah sound of Suddenly Sunday :)
Jauh sebelum kalian merilis EUTS, kalian justru terlebih dahulu merilis video “Club Addicted”.  Ini anomali, dimana biasanya video klip akan muncul guna mendukung perilisan album, bukan sebaliknya. …
SS : 2010 tepatnya kami mengeluarkan dua demo, Hollow Night dan Club Addicted. Ini sebagai langkah pertama kita untuk menyapa publik dengan formasi anyar dari kami. Dan ternyata responnya sangat baik, sempat menduduki top chart di beberapa radio. Kebetulan juga kami bertemu dengan Rekamotak, kemudian kami membuat video klip Club Addicted untuk merespon balik dari respon pendengar yang diluar perkiraan kita sendiri.
Handmade Packaging versi fisik EUTS ini unik sekali, kabarnya hanya dirilis terbatas sebanyak 200 buah ya?
SS : Betul, hanya 200 pcs. Ide ini muncul dari hasil obrolan dan sharing dengan rekan kita, Afit. Kemudian kami bersama-sama menggodok konsep bersama dan Afit mencoba mengeksekusi dan memvisualkannya. Dan jadilah debut album kita dengan handmade packaging seperti ini.
Selain produk fisik, kalian juga menyediakan versi non-fisik berupa kode unduhan yang hanya bisa didapat disetiap pembelian official merch SS. Tidak merasa rugi dengan model semacam ini?
SS : Tidak, justru menurut kami ini adalah terobosan baru dalam pemasaran. Bersama dengan Gigsplay Records, kami memberikan kode verifikasi di setiap pembelian official merchandise kami. Tujuannya simple, agar musik kita bisa lebih meluas dengan cara yang legal.

Rencana terdekat pasca perilisan EUTS?
SS : Pengennya sih tur. Pengen ngenalin musik Suddenly Sunday ke panggung-panggung rakyat di kota-kota lain atau bahkan negara lain.
Amin! Last words untuk pembaca EAR?
SS : Lets get EARgasm with Everything Under The Sun album :)
[Interview done by Dozan Alfian]

Behind the songs:


Suddenly Sunday – Everything Under The Sun (Gigsplay / 2012)
1. Mighty Sunday
Bagi sebagian orang, hari Minggu dirasa memiliki kekuatan, karena dihari inilah segala aktivitas yang mungkin juga sudah menjadi agenda dilakukan. Dari aktivitas santai, leha-leha, tidur seharian, plesir, hingga beribadah. Dan kekuatan inilah yang juga ingin dibagikan dan ‘meracuni’ mereka yang mendengarkan lagu ini agar selalu merasakan hari ‘Minggu’ pada enam hari lainnya.
2. Hibernation
Lagu ini terinspirasi dari film kartun fiksi di televisi, yang kemudian terkonstruksi dengan realita di bumi. Terutama pemanasan global yang salah satu dampaknya mengakibatkan mencairnya gunung-gunung es di kutub (Utara maupun Selatan). Para ahli (seperti ahli gletser dan juga ahli gunung es Glaciologist) pun telah memprediksi, jika pemanasan global kian parah, gunung es di kedua kutub akan benar-benar habis. Kemudian muncul perenungan, dan peringatan dalam diri di daerah kutub dan sekitarnya. Dimana gunung-gunung es terus mencair dan binatang-binatang yang hidup disekitarnya tergusur bahkan banyak yang mati. Dan memang pada kenyataannya nanti, gunung-gunung es tersebut akan habis, jika gunung es habis, dimana beruang-beruang kutub dan teman-temannya tidak bisa merasakan hibernasi lagi, dan bagaimana dengan manusia seperti saya, kami dan kamu? Setidaknya dari lagu ini bisa memperingatkan kami untuk peduli dengan lingkungan bumi ini melalui perilaku keseharian kami.
3. Music Box and the Glowing Tree
Lagu ini liriknya diciptakan oleh seorang teman bernama Yogha Prasidhamukti. Dirinya sempat bercerita, bahwa lagu ini tentang pesulap ternama dunia, David Copperfield, yang salah satu aksinya yakni berjalan menembus tembok besar di China. Yang jika menjadi seorang David, indahnya bisa merasakan dan melihat ‘sesuatu’ dari sudut pandang berbeda.
4. Club Addicted
Judul dan isi lirik lagu ini sesungguhnya sebuah kontradiksi. Sekilas mendengar judul, mungkin langsung terbersit lagu ini tentang penggila dunia malam (klub malam). Tetapi isi lagu ini justru menceritakan seseorang yang merasa tidak nyaman berada dan menghabiskan waktu lebih lama di klub malam yang bingar. Namun karena sebuah ’kewajiban’, mau tidak mau, rela tidak rela, dirinya harus berada disana meski terasa terkungkung.
5. Hollow Night
Penggambaran perasaan bimbang, antara ya dan tidak. Perasaan sepi yang kadang dihindari orang dan ingin menghabiskannya dengan orang lain, tapi pada suatu momen justru ingin dinikmati sendiri.
6. Higher
Lagu ini sebuah fiksi tentang seseorang yang merasa tertipu dan terkhianati. Ketika seseorang itu sudah merasa nyaman dan membuatnya berimaji, hanya dalam sesaat semua runtuh.
7. Say Hello to Ironique
Tidak semua yang dilihat dipermukaan sama dengan apa yang terjadi di dalam. Melihat hubungan dua individu yang terlihat sepertinya baik-baik saja di luar, padahal hubungan itu tidak terkoneksi dengan baik, bahkan rapuh. Ironis.
8. Myopia
Fiksi ini sebuah kisah menyenangkan. Dimana seseorang memiliki rasa ketertarikan, namun hanya bisa dinikmati sendiri. Melihat sekilas pun rasanya senang, hingga ada rasa ingin mengikuti kemanapun orang itu melangkah, meski kadang hilang, meski kadang tepat didepan.
9. Whatever
Lagu ini bentuk apresiasi kepada teman-teman yang menyokong keberadaan kami hingga sekarang. Terutama teman dan kakak-kakak di sebuah toko baju (Whatever Shop, yang kini sudah tidak ada) dimana cikal bakal Suddenly Sunday terbentuk. Jadi terserah orang mau bilang apa, kami sekarang melangkah dan ada pun karena mereka ada.
10. Red Wall
Mimpi dan kenyataan. Antara imaji dan realitas, yang keduanya terkadang tidak dapat dan tidak ingin dipisahkan. Tapi pada prosesnya, disadari maupun tidak itu merupakan dua hal yang berbeda.
11. Club Addited (Egaa Remix)

[Posted on EAR Magazine / Webzine, August 13, 2012]

0 comments:

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More