Overseas |
Suatu sore yang lumayan cerah di sebuah Kedai
di seputaran Selokan Mataram Yogyakarta, Biduan Angga Pratama dan Pemetik Gitar
Alexander Danniel dari unit Metalcore asal Yogyakarta; Overseas nampak asyik melahap
menu pesanannya.
Sore itu saya datang sedikit terlambat dari waktu yang
dijanjikan untuk bertemu mereka sambil berdiskusi tentang EP mereka Half of Life, persepsi mereka tentang
sebuah album konsep, serta bagaimana Bhagavad – gita mempengaruhi mereka.
Overseas,
dulunya dikenal sebagai Lead Me Today memulai perjalanan mereka di tahun 2008
sebagai band yang mengusung Pop-Punk sebelum akhirnya alih haluan menjadi
metalcore dan berganti nama menjadi Overseas di tahun 2011. Pada tahun ini pula
moment penting perilisan album Half of
Life terjadi. Menurut Danniel, Half
of Life ini hanyalah sebagian,
awal, titik tolak dari perjalanan mereka, setidaknya sebagai batu loncatan
menuju full album yang rencananya akan dirilis tahun 2013. “Waktu itu Mas
Hafidh (Priambodo, ex drummer Lex Luthor The Hero) menjabat sebagai manajer
kami dan menyarankan untuk merilis album ini karena momentumnyanya dirasa pas,
kami ganti nama dari Lead Me Today menjadi Overseas, otomatis perlu perkenalan
baru,” jelas Danniel.
Half of Life sejatinya dirancang sebagai
sebuah album berkonsep dimana menurut Angga, album Tentara Merah Darah (2010) dari Siksakubur memberinya inspirasi. “Kok iso? (kok bisa?) dari sebuah film
(300) dan mungkin ditambah beberapa inspirasi lain, mereka bisa bikin album
konsep yang secara kesatuan tema menceritakan kisah dari film 300 itu.”
Secara
sepintas Half of Life bercerita
mengenai kehidupan, bahkan wewahyuan dalam agama Nasrani. Walaupun secara
eksplisit Angga tidak keberatan jika Overseas disebut sebagai band pengusung
Christian Metal, lain halnya dengan Danniel yang meskipun tidak keberatan,
tetap memberikan penjelasan, “Tapi Christian Metal itu cuma sebutan aja sih. Hal yang aku suka dari Angga,
kelima lagu di EP kami berangkat dari basic
Nasrani, tapi gimana caranya biar
orang non-Nasrani yang dengerin tuh
ga mikir kalo ini cuma segmented ke
orang Nasrani ya, bukan sebagai doktrin. Jadi bisa berkonteks luas.”
Generasi
muda pengusung musik dubrak desing saat ini banyak memainkan musik metal yang
sudah di blend dengan musik dari genre lain. Begitu juga dengan Overseas.
Danniel menambahkan, “kami tetap (memainkan) Metalcore, ditambahin banyak
fantasi-fantasi liar (tertawa), dicampur Post-Rock, Fusion Jazz. Adonan utamanya Metalcore,
dipercantik beberapa part yang di blend
dengan adonan pertamanya. untuk kedepannya lebih tegas lagi, ga segampang kemarin
mencampur musik ini-itu. Lebih selektif maunya”.
Angga Pratama dan Alexander Danniel |
Obrolan
berlanjut seru, tak sadar sebungkus rokok sudah kami habiskan bersama-sama.
Beberapa kali Angga tertawa, ataupun mengeluh jika pertanyaan yang saya ajukan
teramat klise. Beda dengan Danniel yang mendominasi menjawab berbagai
pertanyaan saya, Angga yang merupakan frontman
justru minim bicara dan menjawab seperlunya saja. Jujur saya agak terkejut
dengan jawabannya atas pertanyaan mendasar yang mempertanyakan alasannya
menulis lirik berbau wewahyuan (agamis) serta tema kehidupan.
“Mungkin memang
seusia kami ini biasanya menulis tema yang fun
dan semacam itu. Tapi ya dari awal aku udah nulis lirik tentang wewahyuan atau
kehidupan, jadi ya sekalian dilanjut aja sebagai konsep. Aku pernah baca buku Bhagavad-gita
tentang kehidupan. Bagus banget nih
buku. Sempet ter-influens juga dan
aku turunin ke penulisan lirik di EP ini. Tentang kehidupan, berlaku baik. Ya
sebagai anak muda yang ga lepas dari kenakalan aja sih (tertawa), motivasi agar berlaku baik. Bikin hidup lebih
baik lah (tertawa).” Lebih jauh lagi Danniel menambahkan, “Kalau aku sih memindahkan
mindset sebagian orang yang bilang metal itu anti-Tuhan hanya karena musiknya
teriak-teriak. Dari mana coba ada pandangan kaya gitu (tertawa)? Ada kan ya
komentar yang kaya gitu. Aku suka metal, tp aku juga beragama, aku pengen aja
ngubah pikiran kalo metal itu anti-Christ atau anti-Tuhan. Nah kan ada lirik,
aku pengen mereka baca dari lirik itu bisa paham bahwa bisa aja metal dan agama
disatukan, disajikan sebaik-baiknya.
Secara
gamblang mereka mengatakan bahwa kelanjutan EP ini masih dalam proses
meraba-raba. Namun mereka memastikan bahwa rilisan selanjutnya akan menjadi
progresi yang lebih lanjut dari Half of
Life. “2013 semoga bisa ada rilisan kelanjutan dan mungkin pressure-nya lebih gede dari EP. Jangan
sampai lebih rendah dari EP. Progresnya harus naik, bukannya turun,” jelas
Danniel.
Menurut
Angga, dalam penggarapan EP Half of Life
ini kendala-kendala dalam penulisan materinya sudah lumayan mereka pahami. “Susahnya
soal penegasan EP itu mau dibawa kemana. Awalnya mau dikonsep "Reflection".
sampe akhirnya aku ganti lirik lagu di “Another Judas” yang awalnya berjudul “Crysis”.
Aku rekonsep, sampe dapet konsepnya.” Berangkat dari situlah mereka yakin akan
progress diskografi mereka selanjutnya.
Well, kita tunggu saja..
DOZAN ALFIAN
0 comments:
Post a Comment