Sunday, 15 April 2012

Overseas: Kami Tidak Keberatan di Cap Christian Metalcore!

Overseas

Suatu sore yang lumayan cerah di sebuah Kedai di seputaran Selokan Mataram Yogyakarta, Biduan Angga Pratama dan Pemetik Gitar Alexander Danniel dari unit Metalcore asal Yogyakarta; Overseas nampak asyik melahap menu pesanannya. 

Sore itu saya datang sedikit terlambat dari waktu yang dijanjikan untuk bertemu mereka sambil berdiskusi tentang EP mereka Half of Life, persepsi mereka tentang sebuah album konsep, serta bagaimana Bhagavad – gita mempengaruhi mereka.

Overseas, dulunya dikenal sebagai Lead Me Today memulai perjalanan mereka di tahun 2008 sebagai band yang mengusung Pop-Punk sebelum akhirnya alih haluan menjadi metalcore dan berganti nama menjadi Overseas di tahun 2011. Pada tahun ini pula moment penting perilisan album Half of Life terjadi. Menurut Danniel, Half of Life ini hanyalah sebagian, awal, titik tolak dari perjalanan mereka, setidaknya sebagai batu loncatan menuju full album yang rencananya akan dirilis tahun 2013. “Waktu itu Mas Hafidh (Priambodo, ex drummer Lex Luthor The Hero) menjabat sebagai manajer kami dan menyarankan untuk merilis album ini karena momentumnyanya dirasa pas, kami ganti nama dari Lead Me Today menjadi Overseas, otomatis perlu perkenalan baru,” jelas Danniel.


Half of Life sejatinya dirancang sebagai sebuah album berkonsep dimana menurut Angga, album Tentara Merah Darah (2010) dari Siksakubur memberinya inspirasi. “Kok iso? (kok bisa?) dari sebuah film (300) dan mungkin ditambah beberapa inspirasi lain, mereka bisa bikin album konsep yang secara kesatuan tema menceritakan kisah dari film 300 itu.”
Secara sepintas Half of Life bercerita mengenai kehidupan, bahkan wewahyuan dalam agama Nasrani. Walaupun secara eksplisit Angga tidak keberatan jika Overseas disebut sebagai band pengusung Christian Metal, lain halnya dengan Danniel yang meskipun tidak keberatan, tetap memberikan penjelasan, “Tapi Christian Metal itu cuma sebutan aja sih. Hal yang aku suka dari Angga, kelima lagu di EP kami berangkat dari basic Nasrani, tapi gimana caranya biar orang non-Nasrani yang dengerin tuh ga mikir kalo ini cuma segmented ke orang Nasrani ya, bukan sebagai doktrin. Jadi bisa berkonteks luas.”

Generasi muda pengusung musik dubrak desing saat ini banyak memainkan musik metal yang sudah di blend dengan musik dari genre lain. Begitu juga dengan Overseas. Danniel menambahkan, “kami tetap (memainkan) Metalcore, ditambahin banyak fantasi-fantasi liar (tertawa), dicampur Post-Rock, Fusion Jazz. Adonan utamanya Metalcore, dipercantik beberapa part yang di blend dengan adonan pertamanya. untuk kedepannya lebih tegas lagi, ga segampang kemarin mencampur musik ini-itu. Lebih selektif maunya”.

Angga Pratama dan Alexander Danniel
Obrolan berlanjut seru, tak sadar sebungkus rokok sudah kami habiskan bersama-sama. Beberapa kali Angga tertawa, ataupun mengeluh jika pertanyaan yang saya ajukan teramat klise. Beda dengan Danniel yang mendominasi menjawab berbagai pertanyaan saya, Angga yang merupakan frontman justru minim bicara dan menjawab seperlunya saja. Jujur saya agak terkejut dengan jawabannya atas pertanyaan mendasar yang mempertanyakan alasannya menulis lirik berbau wewahyuan (agamis) serta tema kehidupan. 
 “Mungkin memang seusia kami ini biasanya menulis tema yang fun dan semacam itu. Tapi ya dari awal aku udah nulis lirik tentang wewahyuan atau kehidupan, jadi ya sekalian dilanjut aja sebagai konsep. Aku pernah baca buku Bhagavad-gita tentang kehidupan. Bagus banget nih buku. Sempet ter-influens juga dan aku turunin ke penulisan lirik di EP ini. Tentang kehidupan, berlaku baik. Ya sebagai anak muda yang ga lepas dari kenakalan aja sih (tertawa),  motivasi agar berlaku baik. Bikin hidup lebih baik lah (tertawa).” Lebih jauh lagi Danniel menambahkan, “Kalau aku sih memindahkan mindset sebagian orang yang bilang metal itu anti-Tuhan hanya karena musiknya teriak-teriak. Dari mana coba ada pandangan kaya gitu (tertawa)? Ada kan ya komentar yang kaya gitu. Aku suka metal, tp aku juga beragama, aku pengen aja ngubah pikiran kalo metal itu anti-Christ atau anti-Tuhan. Nah kan ada lirik, aku pengen mereka baca dari lirik itu bisa paham bahwa bisa aja metal dan agama disatukan, disajikan sebaik-baiknya.

Secara gamblang mereka mengatakan bahwa kelanjutan EP ini masih dalam proses meraba-raba. Namun mereka memastikan bahwa rilisan selanjutnya akan menjadi progresi yang lebih lanjut dari Half of Life. “2013 semoga bisa ada rilisan kelanjutan dan mungkin pressure-nya lebih gede dari EP. Jangan sampai lebih rendah dari EP. Progresnya harus naik, bukannya turun,” jelas Danniel.
Menurut Angga, dalam penggarapan EP Half of Life ini kendala-kendala dalam penulisan materinya sudah lumayan mereka pahami. “Susahnya soal penegasan EP itu mau dibawa kemana. Awalnya mau dikonsep "Reflection". sampe akhirnya aku ganti lirik lagu di “Another Judas” yang awalnya berjudul “Crysis”. Aku rekonsep, sampe dapet konsepnya.” Berangkat dari situlah mereka yakin akan progress diskografi mereka selanjutnya.

Well, kita tunggu saja..

DOZAN ALFIAN

0 comments:

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More